DUAZONA.COM, TERNATE- Sebagai bentuk apresiasi bagi para peserta yang aktif mensosialisasikan akan bahaya serta resiko seks bebas, serta menjauhkan pernikahan dini dan Napza bagi kaum remaja
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Maluku Utara menggelar Grand Final Pemilihan Duta Generasi Berencana (GenRe) tingkat Malut tahun 2023, bertempat di Red Star Resto Kota Ternate, Sabtu (18/2) malam.
Kepala Perwakilan BKKBN Malut, Dra. Renta Rego dalam sambutannya mengatakan, 10 finalis yang terdiri dari 5 putri dan 5 putra terbaik Malut itu diapresiasi, karena telah melakukan konseling edukasi kepada remaja para remaja.
Dalam rangka menyiapkan program kehidupan berkeluarga bagi para remaja dalam hal jenjang pendidikan yang terencana, berkarir dalam pekerjaan yang terencana, menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi. “Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 48 UU No 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,” ucapnya.
Dikatakan, Dra. Renta, mengingat perkembangan remaja terjadi dalam jaringan yang tidak terputus baik itu dalam lingkungan keluarga, teman sebaya, bahkan lingkungan sekolah maupun komunitas yang harus dibina dengan pendekatan-pedekatan tertentu. “Dan lingkungan mikro seperti teman sebaya, orangtua, dan sekolah merupakan yang paling berpengaruh, maka pembinaan ketahanan remaja dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan teman sebaya/peer group dan pendekatan keluarga/parenting,” katanya.
Dra. Renta menjelaskan, dari hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan, bahwa kelompok teman sebaya dan orang tua terutama ibu menjadi tempat paling banyak dipilih oleh remaja untuk berdiskusi tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya 62 persen remaja perempuan dan 51 persen remaja laki-laki berdiskusi kesehatan reproduksi dengan temannya. “Dan 53 persen remaja perempuan serta 11 persen remaja laki-laki berdiskusi kespro dengan ibunya,” katanya.
Untuk itu, pendekatan teman sebaya dilakukan melalui pendidik sebaya/peer educator dan Konselor Sebaya/peer counselor di PIK Remaja. “Sedangkan pendekatan keluarga dilakukan melalui penguatan pengasuhan oleh keluarga di kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR),” ucapnya
Apalagi, Lanjut Dra Renta, salah satu visi Indonesia tahun 2045 adalah terciptanya generasi emas, yakni generasi yang memiliki kecerdasan yang komprehensif, produktif dan inovatif, sehat dalam interaksi alamnya, damai dalam interaksi sosialnya serta berkarakter kuat dan berperadaban unggul.
Kualitas sumber daya manusia (SDM( sebagai penentu. Sedangkan saat ini kita masih memiliki persoalan dalam pembangunan kualitas SDM, salah satunya adalah stunting.
Data studi status Gizi Indonesia tahun 2022 lanjut Dra. Renta menunjukkan, bahwa angka prevalensi stunting di Malut adalah 26,1 persen, turun 1,4 persen dari angka tahun 2021.
Menurutnya, angka prevalensi ini belum memenuhi angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Oleh karena itu, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang dituangkan dalam Perpres No 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting yang ditargetkan dapat duturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024.
“Disebut “hulu” karena intervensi dilakukan dimulai jauh-jauh hari sebelum terjadinya pernikahan dan konsep atau prekonsepsi. Di situlah pendekatan pentahelix yaitu peran pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat dan media,” ucapnya. (red)